Dr. H. Didin Muhafidin, M.Si |
Terlahir sebagai cicit dari wedana (pembantu bupati), sebagai cucu dari camat, dan sebagai anak dari kepala desa, membuat darah pemimpin mengalir deras dalam dirinya. Tidak heran beliau begitu piawai dalam memimpin. Hal itu terbukti dari betapa seringnya beliau telah menjadi seorang ketua. Dari mulai ketua Karang Taruna, ketua Rukun Tetangga (RT), ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) pusat, ketua Dewan Pembina Forum Rukun Warga se-Jawa Barat dan yang paling terbaru menjabat sebagai Rektor Universitas Al-Ghifari.
Siapakah beliau?
Beliau adalah
Didin Muhafidin
Didin
Muhafidin terlahir dari pasangan suami istri, Fadmo Sumaryo, seorang BAU (kepala Desa) dan
Amirah, seorang Ibu Rumah Tangga. Beliau lahir di Desa Kedungjati, Kecamatan
Bukateja, Kabupaten Purbalingga tanggal 8 Mei 1969. Beliau anak ke empat dari
sepuluh bersaudara.
Meskipun
Ibu yang melahirkannya adalah Ibu Rumah Tangga biasa, tapi ibunya adalah orang
yang sangat pintar dan cerdas. Ibunya duduk di Sekolah Dasar hanya selama tiga
tahun dan langsung lulus, kemudian di SMP hanya dua tahun, kemudian ikut ujian
dan lulus, pun di PGA/SMA hanya dua tahun kemudian lulus. Dilahirkan oleh Ibu
yang demikian cerdasnya, tentu saja itu menurun pada dirinya. Beliau tumbuh
menjadi anak yang cerdas dan pintar seperti ibunya. Ketika menduduki Sekolah
Dasar di SD I Kedungjati, Beliau mejadi siswa teladan tingkat Kabupaten,
kemudian ketika beliau duduk di Sekolah Menengah Pertama di SMP 1 Bukateja,
beliau menjadi juara umum, pun di SMA 1 Purbalingga, beliau menjadi juara umum,
dan ketika beliau kuliah di Universitas Padjajaran, beliau masuk tanpa tes,
melainkan lewat jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan) dan mendapatkan
beasiswa.
Selain
memiliki Ibu yang cerdas, beliau juga dibesarkan oleh Ayah yang tidak hanya
memimpin keluarganya, tetapi juga desanya. Selain ayahnya, kakek dan kakek
buyutnya pun dahulunya adalah seorang pemimpin, tak heran jika beliau pun
mewarisi kemahiran generasi leluhurnya dalam memimpin.
Banyak
sekali organisasi yang telah beliau pimpin. Diantaranya, beliau menjadi Kepala
Divisi Pengkajian dan Pengembangan Wilayah (PPW) LPM UNPAD 2006 s.d 2012, dan Direktur
Pascasarjana UPMI Medan 2013 s.d 2018. Selain itu, beliau juga pernah memegang jabatan penting, yang
diantaranya adalah menjadi Sekretaris Dekan FISIP 1993-1996, Wakil Koordinator
Bidang Akademik Kelas Khusus 1996-2001, dan menjadi Sekretaris Divisi
Pengkajian dan Pengembangan Wilayah
(PPW) LPM UNPAD, 2001-2006.
Bukan
hanya faktor keturunan yang menyebabkannya sukses dan ahli dalam memimpin,
melainkan juga karena didikan Sang ayah yang demokratis sangat berpengaruh
besar dalam kesuksesan yang diraihnya. Ayahnya tidak pernah memaksanya untuk
belajar. Sang ayah memberikan pilihan padanya, jika beliau ingin menjadi orang
yang senang atau sukses, tentu beliau tidak boleh menjadi orang yang malas
belajar, akan tetapi jika beliau ingin menjadi orang yang susah, maka itu
teserah padanya. Mau susah ataupun senang, Sang Ayah berkata tugasnya hanyalah
membiayainya. Adapun kesenangan atau kesusahan yang terjadi kelak, itu yang
merasakan pasti dirinya sendiri. Sang Ayah berkata bahwa yang bisa dilakukannya
hanyalah memotivasi. Ajaran itulah yang
kemudian ia terapkan kepada anak-anaknya sekarang.
Terlahir
dari ibu yang cerdas, ayah yang mampu memimpin desa, dan didikan luar biasa
yang didapatkannya, membuatnya banyak meraih prestasi. Beliau menjadi Mahasiswa
Teladan Tk UNPAD 1993, petatar P4
terbaik tingkat Jawa Barat 1995, Dosen Teladan/berprestasi I di tingkat FISIP
UNPAD tahun 2007, Dosen Teladan Tingkat Universitas Padjajaran 2007, Dosen
Terfavorit versi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UNPAD 2007, Dosen
Terfavorit di Pusdiklat Depdagri Kantor Regional Jawa Barat tahun 2007, dan
Dosen Teladan tingkat Universitas Padjajaran tahun 2007.
Dari
sekian banyak prestasi yang telah diraihnya, ada masa-masa sulit yang telah
dialaminya. Ketika beliau kuliah S2 dan S3, beliau mendapatkan beasiswa, tapi
meskipun begitu tetap saja itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup,
terlebih ketiga adiknya ikut tinggal bersamanya, beliau juga ikut membiayai
kuliah adik-adiknya. Maka untuk memenuhi kebutuhan, beliau bekerja sebagai
penjual kambing untuk qurban dengan bekerja sama dengan masjid Istiqomah. Dari
setiap satu kambing yang terjual, beliau mendapat upah sebesar Rp. 15.000.
Beliau selalu berhasil menjual banyak kambing, karena itu hasil dari penjualan
kambing tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama satu tahun.
Rektor
yang baru menjabat selama dua bulan di Universitas Al-Ghifari yang hobinya
membaca dan berorganisasi ini, sewaktu kecil bercita-cita ingin menjadi seorang
camat. Beliau melihat seorang camat begitu berwibawa ketika berdiri, berpidato
di panggung yang megah di acara-acara tertentu. Karena itulah beliau
bercita-cita ingin menjadi seorang camat, dan karena cita-cita itulah ketika beliau
kuliah di Universitas Padjajaran, beliau mengambil jurusan Administrasi Negara.
Ada
yang menarik dari masa kecil Didin Muhafidin. Ketika kecil, beliau sempat bertindak nakal. Beliau bolos sekolah karena diajak
oleh teman-temannya pergi memancing. Tapi itu tidak terus-menerus beliau
lakukan. Setelah beliau tahu bahwa itu hal yang salah, beliau enggan untuk
meng”iya”kan lagi ajakan teman-temannya. Ketika waktunya sekolah, beliau pun berangkat
ke sekolah. Ketika kecilpun setidaknya beliau mampu memimpin dirinya untuk
melangkah kemana.
Selain
sukses memimpin dirinya sendiri dan memimpin begitu banyak organisasi, bisa
dikatakan beliau juga sukses dalam memimpin rumah tangganya. Beliau selalu
menjaga komunikasi dengan Sang Istri, Eni Hikmatin, yang dinikahinya pada tahun
1996. Beliau tidak pernah memanggil istrinya dengan sebutan nama. Beliau selalu
memangil istrinya dengan sebutan yang indah. Itu membuat mereka selalu harmonis.
Dari pernikahannya, beliau dikaruniai tiga orang anak bernama Muhammad Rafi
Fauzan, yang sekarang duduk di SMA kelas dua, kemudian Ghevira Salma Andini,
sekarang duduk di kelas dua SMP, dan Afza Naila Syafira, berusia dua setengah
tahun.
Didin
Muhafidin adalah sosok yang rendah hati. Pernah suatu ketika beliau bertugas di
luar kota dan tidak ada kamar lebih dalam penginapan yang hendak dipakainya
untuk bermalam, maka beliau pun tidur bersama supirnya. Meskipun secara status
sosial kedudukannya lebih tinggi dari Sang supir, tapi beliau tidak
memperdulikan hal itu. Baginya semua kedudukan manusia adalah sama. Beliau
tidak membeda-bedakan dan tidak enggan untuk tidur bersama seorang supir.
“jangan suka membeda-bedakan orang lain, jangan sombong dan mengagungkan
jabatan” itulah pesan dari Sang ibu kepadanya.
Ya,
Didin Muhafidin sangat dekat dengan ibunya. Meskipun beliau sudah berumah
tangga, beliau tetap tinggal bersama ibunya. Dirumahnya, beliau khusus menyediakan
kamar untuk ibunya. Beliau merasa selalu bersemangat dalam melaksanakan apapun
jika ada ibunya. Maka ketika Sang ibu meninggal pada tahun 2012, saat itulah
masa-masa paling menyedihkan dalam hidupnya yang pernah beliau rasakan. Hampa.
Itulah yang dirasakannya. Dalam melakukan apapun terasa berbeda, meskipun
beliau bukan tidak bersemangat lagi, melainkan ada yang kurang, ada yang
hilang. Itulah yang dirasakannya.
Cerdas,
punya banyak prestasi, berpengalaman dalam memimpin banyak organisasi, sayang
dan dekat dengan Sang ibu, itulah sosok yang memimpin Universitas Al-Ghifari
sekarang ini. Baru dua bulan beliau menjabat, peringkat Universitas Al-Ghifari
yang sebelumnya menduduki 380, meningkat menjadi 339 dari sekitar 4000
Universitas yang ada di Indonesia. Itu mungkin baru awal kemajuan dari universitas
Al-Ghifari yang baru saja dipimpinnya.
Beliau merasa senang karena bisa bekerja ditempat yang menurutnya insya Allah, baik. Beliau juga percaya
bahwa Universitas Al-Ghifari memiliki potensi besar untuk lebih maju dari
sebelumnya. Maka kita sebagai keluarga
besar Al-Ghifari, sudah selayaknya untuk mempercayainya sebagai pemimpin kita.
Beliau adalah harapan baru. Dipimpin oleh seseorang yang luar biasa telah
memiliki banyak pengalaman dalam memimpin dan menjalankan organisasi, tentunya
kita harus bangga dan menyambut hangat kehadirannya.
“Gunakanlah waktu dengan sebaik mungkin,
karena waktu yang paling berharga adalah waktu saat ini dan orang-orang yang
paling penting adalah orang-orang terdekat kita. Karena merekalah yang kapan
saja bisa membantu kita.” -Didin Muhafidin-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar