Senin, 30 Januari 2017

Biografi Dr. H. Didin Muhafidin, S.I.P., M.Si

Dr. H. Didin Muhafidin, M.Si


Terlahir sebagai cicit dari wedana (pembantu bupati), sebagai cucu dari camat, dan sebagai anak dari kepala desa, membuat darah pemimpin mengalir deras dalam dirinya. Tidak heran beliau begitu piawai dalam memimpin. Hal itu terbukti dari betapa seringnya beliau telah menjadi seorang ketua. Dari mulai ketua Karang Taruna, ketua Rukun Tetangga (RT), ketua  Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)  pusat, ketua Dewan Pembina Forum Rukun Warga se-Jawa Barat dan yang paling terbaru menjabat sebagai Rektor Universitas Al-Ghifari.
Siapakah beliau?
Beliau adalah Didin Muhafidin
Didin Muhafidin terlahir dari pasangan suami istri, Fadmo  Sumaryo, seorang BAU (kepala Desa) dan Amirah, seorang Ibu Rumah Tangga. Beliau lahir di Desa Kedungjati, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga tanggal 8 Mei 1969. Beliau anak ke empat dari sepuluh bersaudara.
Meskipun Ibu yang melahirkannya adalah Ibu Rumah Tangga biasa, tapi ibunya adalah orang yang sangat pintar dan cerdas. Ibunya duduk di Sekolah Dasar hanya selama tiga tahun dan langsung lulus, kemudian di SMP hanya dua tahun, kemudian ikut ujian dan lulus, pun di PGA/SMA hanya dua tahun kemudian lulus. Dilahirkan oleh Ibu yang demikian cerdasnya, tentu saja itu menurun pada dirinya. Beliau tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pintar seperti ibunya. Ketika menduduki Sekolah Dasar di SD I Kedungjati, Beliau mejadi siswa teladan tingkat Kabupaten, kemudian ketika beliau duduk di Sekolah Menengah Pertama di SMP 1 Bukateja, beliau menjadi juara umum, pun di SMA 1 Purbalingga, beliau menjadi juara umum, dan ketika beliau kuliah di Universitas Padjajaran, beliau masuk tanpa tes, melainkan lewat jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan) dan mendapatkan beasiswa.
Selain memiliki Ibu yang cerdas, beliau juga dibesarkan oleh Ayah yang tidak hanya memimpin keluarganya, tetapi juga desanya. Selain ayahnya, kakek dan kakek buyutnya pun dahulunya adalah seorang pemimpin, tak heran jika beliau pun mewarisi kemahiran generasi leluhurnya dalam memimpin.
Banyak sekali organisasi yang telah beliau pimpin. Diantaranya, beliau menjadi Kepala Divisi Pengkajian dan Pengembangan Wilayah (PPW) LPM UNPAD 2006 s.d 2012, dan Direktur Pascasarjana UPMI Medan 2013 s.d 2018. Selain itu, beliau juga  pernah memegang jabatan penting, yang diantaranya adalah menjadi Sekretaris Dekan FISIP 1993-1996, Wakil Koordinator Bidang Akademik Kelas Khusus 1996-2001, dan menjadi Sekretaris Divisi Pengkajian dan Pengembangan  Wilayah (PPW) LPM UNPAD, 2001-2006.
Bukan hanya faktor keturunan yang menyebabkannya sukses dan ahli dalam memimpin, melainkan juga karena didikan Sang ayah yang demokratis sangat berpengaruh besar dalam kesuksesan yang diraihnya. Ayahnya tidak pernah memaksanya untuk belajar. Sang ayah memberikan pilihan padanya, jika beliau ingin menjadi orang yang senang atau sukses, tentu beliau tidak boleh menjadi orang yang malas belajar, akan tetapi jika beliau ingin menjadi orang yang susah, maka itu teserah padanya. Mau susah ataupun senang, Sang Ayah berkata tugasnya hanyalah membiayainya. Adapun kesenangan atau kesusahan yang terjadi kelak, itu yang merasakan pasti dirinya sendiri. Sang Ayah berkata bahwa yang bisa dilakukannya hanyalah memotivasi.  Ajaran itulah yang kemudian ia terapkan kepada anak-anaknya sekarang.
Terlahir dari ibu yang cerdas, ayah yang mampu memimpin desa, dan didikan luar biasa yang didapatkannya, membuatnya banyak meraih prestasi. Beliau menjadi Mahasiswa Teladan  Tk UNPAD 1993, petatar P4 terbaik tingkat Jawa Barat 1995, Dosen Teladan/berprestasi I di tingkat FISIP UNPAD tahun 2007, Dosen Teladan Tingkat Universitas Padjajaran 2007, Dosen Terfavorit versi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UNPAD 2007, Dosen Terfavorit di Pusdiklat Depdagri Kantor Regional Jawa Barat tahun 2007, dan Dosen Teladan tingkat Universitas Padjajaran tahun 2007.
Dari sekian banyak prestasi yang telah diraihnya, ada masa-masa sulit yang telah dialaminya. Ketika beliau kuliah S2 dan S3, beliau mendapatkan beasiswa, tapi meskipun begitu tetap saja itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, terlebih ketiga adiknya ikut tinggal bersamanya, beliau juga ikut membiayai kuliah adik-adiknya. Maka untuk memenuhi kebutuhan, beliau bekerja sebagai penjual kambing untuk qurban dengan bekerja sama dengan masjid Istiqomah. Dari setiap satu kambing yang terjual, beliau mendapat upah sebesar Rp. 15.000. Beliau selalu berhasil menjual banyak kambing, karena itu hasil dari penjualan kambing tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama satu tahun.
Rektor yang baru menjabat selama dua bulan di Universitas Al-Ghifari yang hobinya membaca dan berorganisasi ini, sewaktu kecil bercita-cita ingin menjadi seorang camat. Beliau melihat seorang camat begitu berwibawa ketika berdiri, berpidato di panggung yang megah di acara-acara tertentu. Karena itulah beliau bercita-cita ingin menjadi seorang camat, dan karena cita-cita itulah ketika beliau kuliah di Universitas Padjajaran, beliau  mengambil jurusan Administrasi Negara.
Ada yang menarik dari masa kecil Didin Muhafidin. Ketika kecil, beliau  sempat bertindak  nakal. Beliau bolos sekolah karena diajak oleh teman-temannya pergi memancing. Tapi itu tidak terus-menerus beliau lakukan. Setelah beliau tahu bahwa itu hal yang salah, beliau enggan untuk meng”iya”kan lagi ajakan teman-temannya. Ketika waktunya sekolah, beliau pun berangkat ke sekolah. Ketika kecilpun setidaknya beliau mampu memimpin dirinya untuk melangkah kemana.
Selain sukses memimpin dirinya sendiri dan memimpin begitu banyak organisasi, bisa dikatakan beliau juga sukses dalam memimpin rumah tangganya. Beliau selalu menjaga komunikasi dengan Sang Istri, Eni Hikmatin, yang dinikahinya pada tahun 1996. Beliau tidak pernah memanggil istrinya dengan sebutan nama. Beliau selalu memangil istrinya dengan sebutan yang indah. Itu membuat mereka selalu harmonis. Dari pernikahannya, beliau dikaruniai tiga orang anak bernama Muhammad Rafi Fauzan, yang sekarang duduk di SMA kelas dua, kemudian Ghevira Salma Andini, sekarang duduk di kelas dua SMP, dan Afza Naila Syafira, berusia dua setengah tahun.
Didin Muhafidin adalah sosok yang rendah hati. Pernah suatu ketika beliau bertugas di luar kota dan tidak ada kamar lebih dalam penginapan yang hendak dipakainya untuk bermalam, maka beliau pun tidur bersama supirnya. Meskipun secara status sosial kedudukannya lebih tinggi dari Sang supir, tapi beliau tidak memperdulikan hal itu. Baginya semua kedudukan manusia adalah sama. Beliau tidak membeda-bedakan dan tidak enggan untuk tidur bersama seorang supir. “jangan suka membeda-bedakan orang lain, jangan sombong dan mengagungkan jabatan” itulah pesan dari Sang ibu kepadanya.
Ya, Didin Muhafidin sangat dekat dengan ibunya. Meskipun beliau sudah berumah tangga, beliau tetap tinggal bersama ibunya. Dirumahnya, beliau khusus menyediakan kamar untuk ibunya. Beliau merasa selalu bersemangat dalam melaksanakan apapun jika ada ibunya. Maka ketika Sang ibu meninggal pada tahun 2012, saat itulah masa-masa paling menyedihkan dalam hidupnya yang pernah beliau rasakan. Hampa. Itulah yang dirasakannya. Dalam melakukan apapun terasa berbeda, meskipun beliau bukan tidak bersemangat lagi, melainkan ada yang kurang, ada yang hilang. Itulah yang dirasakannya.
Cerdas, punya banyak prestasi, berpengalaman dalam memimpin banyak organisasi, sayang dan dekat dengan Sang ibu, itulah sosok yang memimpin Universitas Al-Ghifari sekarang ini. Baru dua bulan beliau menjabat, peringkat Universitas Al-Ghifari yang sebelumnya menduduki 380, meningkat menjadi 339 dari sekitar 4000 Universitas yang ada di Indonesia. Itu mungkin baru awal kemajuan dari universitas Al-Ghifari yang baru saja dipimpinnya.  Beliau merasa senang karena bisa bekerja ditempat yang menurutnya insya Allah, baik. Beliau juga percaya bahwa Universitas Al-Ghifari memiliki potensi besar untuk lebih maju dari sebelumnya.  Maka kita sebagai keluarga besar Al-Ghifari, sudah selayaknya untuk mempercayainya sebagai pemimpin kita. Beliau adalah harapan baru. Dipimpin oleh seseorang yang luar biasa telah memiliki banyak pengalaman dalam memimpin dan menjalankan organisasi, tentunya kita harus bangga dan menyambut hangat kehadirannya.
“Gunakanlah waktu dengan sebaik mungkin, karena waktu yang paling berharga adalah waktu saat ini dan orang-orang yang paling penting adalah orang-orang terdekat kita. Karena merekalah yang kapan saja bisa membantu kita.” -Didin Muhafidin-
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HIDUP SEDERHANA DI DESA

DESA- Ialah suatu wilayah yang jauh dari keramaian atau perkotaan. Desa identik dengan tradisional serba alami  dari segi makanan para pe...